Mendarat berberntuk air,
seakan kau tak mau tahu apa yang sedang terjadi di bumi.
Aku hanya bisa tersenyum saat kau membuat takut orang-orang,
dan membuat mereka gelisah..
Tapi kau sengaja turun..
Turun atas kehendak Tuhan
yang mengzinkan mu memenuhi daratan hingga meluap.
Meluap sampai manusia ditempat lain harus merasakan buasnya dirimu jika kau banyak.
Manusia menamakannya banjir..
Mungkin kau adalah utusan,
utusan Tuhan untuk memberi pelajaran.
Agar manusia lebih mengerti.
Tentang bagaimana hidup baik,
seperti seharusnya..
Minggu, 19 Januari 2014
Senyumku, Kecewaku
Langit biru, berawan
bagai air, jernih lalu keruh
Bagai malam kelam
tak berbintang,
bak siang cerah,
bergemuruh
Kali ini, itu aku
Tak tertahan
tapi kumenahan
Dalam diam, kubergumam
kucoba untuk tenang
Tetapi,
jiwa kubergelora,
amarah menyala
kesal luar biasa
benci, muak
dan sungguh kecewa
Ingin teriak melampiaskan
namun tak berdaya,
kutahan senyum,
meski menyesakkan.
bagai air, jernih lalu keruh
Bagai malam kelam
tak berbintang,
bak siang cerah,
bergemuruh
Kali ini, itu aku
Tak tertahan
tapi kumenahan
Dalam diam, kubergumam
kucoba untuk tenang
Tetapi,
jiwa kubergelora,
amarah menyala
kesal luar biasa
benci, muak
dan sungguh kecewa
Ingin teriak melampiaskan
namun tak berdaya,
kutahan senyum,
meski menyesakkan.
Langganan:
Postingan (Atom)