Gerimis menambah kegalauan hati Greget, dipandangnya buku Yasin
sampul hijau putih bertuliskan nama seorang wanita yang telah wafat.
Nani Wijaya binti Rohmah Wijaya.
“Emang dasar tuh cewek, bisa-bisanya bikin gue malu. Ditambah gue harus ngapalin ini surat, 83 ayat, maaaan!!”gerutunya.
Pekan
lalu adalah momen tak terlupa dalam benak siswa kelas XII, Greget Adi
Putra. Dalam pikirannya, cewek yang terlihat simpel, easy going,
gaul, dan pinter itu bakal dapat langsung ia jadikan pacar, sudah
sekitar 3 bulan Greget memendam naksir padanya, Giani Rahmatia Wijaya.
Namun, bukannya cinta yang didapat, sebuah buku yang ‘keramat’berjudul
Yasinlah yang Greget dapatkan.
“Gila nggak sih tuh
si Giani? Hah? Ampun deh! Ide konyol darimana coba? Gue itu suka sama
dia, udah gitu aja. Nih pake bawa-bawa Yasin segala, mana ayatnya
banyak. Haaaaah, fuck!! “Bentaknya.
****
“Nggak ada lagi syarat yang lain apa, Yang?” pinta Greget pada calon pacarnya itu.
“Yang? Hhhh, jangan berani-berani loe panggil gue yang! Apalin dulu tuh, udah apal berapa hari ini?”
“Yaaasiin, doang. Ganti deh, sama surat atau syarat apaaa gitu, yang lebih manusiawi.”
“Boleh.”jawab Giani enteng.
“Surat Al Baqarah. Mau?”lanjutnya.
Terlihat Greget mulai berpikir sejenak, mencoba mengingat-ingat apakah surat tersebut ayatnya banyak atau malah sedikit.
“Yang Alif Laam Mim itu, kan? Boleh deh. Perasaan Cuma 5 ayat.”jawabnya polos.
“Hahahah, itu bagian dari Al-Baqarah, Greg! Semuanya ada 284.”
Tanpa
berkata-kata lagi, Greget langsung meninggalkan siswi berjilbab agak
lebar itu sendiri di meja kantin, ia sudah tak tahan mendengar apa-apa
lagi yang akan ia terima jika berlama-lama berbicara dengannya. Bukan
soal cinta yang membara, namun terlanjur akan insiden penembakan
memalukan itu yang membuat Greget menuruti kemauan Giani. Jika benar
Greget penakluk cewek-cewek, ia harus membuktikan pada Giani, ia harus
buktikan mampu hapal surat Yasin sebanyak 83 ayat itu.
***
Kali
ini, Greget lebih sering mengaji apa saja untuk melancarkan lidahnya
dalam membaca hurup Arab. Terkadang surat Al-Ikhlas, An-Nas, Al-Falaq
bahkan sempat membaca surat penutup juz 30 yakni surat An-Naba sebanyak
40 ayat itu, alhasil ia langsung tepar dan besoknya tak mau masuk
sekolah. Alasannya konyol ; kram mulut.
“Apa gue
deketin anak-anak rohis aja kali ya? Nggak papa deh, demi sebuah nama
baik, gue bayar mereka, per hurup kalau bisa. Yang penting gue bisa
hapal Yasin dengan express.”batinnya menemukan sebuah ide gila.
Siang
itu, tepat hari Jumat Greget sengaja mengampiri ruang sekre ekskul
rohis, Greget agak canggung, pasalnya pernah suatu hari ia membuat marah
staff rohis dengan memutar lagu reggae di masjid SMA. Ia lupakan sejenak kesalahan-kesalahannya itu, ia beranikan diri.
“Samlekuuuumm.”ucapnya pelan.
Rahman, sang ketua rohis langsung tersenyum dan menyambut Greget hangat. Mereka mulai berbincang.
“MasyaAllah, Greg. Kamu itu temen kita juga. Kita semua itu saudara malah, monggo kalau mau belajar, kita saling berbagi ilmu. Kapan bisa dimulai?”Tanya Rahman ramah.
“Yes, thanks, Man. Sekarang juga boleh, gue bawa kok Yasinnya.”
“Mmm, kalau sekarang kita baiknya Jumatan dulu, Greg. Yok! Udah Jumatan
baru mulai, gimana? Mau lha ya? Bisa dong?”
“Eeeeeeh, ni anak! Dia yang Tanya, dia yang jawab, aneh!” batinnya.
Dengan langkah lambat, Greget Adi Putra shalat Jumat di masjid SMA nya itu, untuk pertama kali. Yakin.
***
“Greg! Loe kok jarang nongkrong sama kita lagi?”Tanya Bio, teman satu band Greget nampak merasakan kerenggangan mereka akhir-akhir ini.
“Sorry, Bro! tahu sendiri kan, gue harus ngapalin Yasin itu, surat yang bikin gue kleyengan. Jadi gue sekarang lagi intens sama anak-anak rohis yang lumayan pinter sih, tapi tetep aja cupu mampus. Haha.”
“Ya oke lah, tapi jangan lama-lama loe, Greg. Nanti malah kebawa jadi
anak rohis yang sukanya Cuma lagu-lagu ramadhan doang. Hohoho..”
“Eh emang apa sih yang buat loe capek-capek ngurusin surat Yasin itu? Loe love is dead sama si Giani? Cewek yang biasa banget, yang kalo presentasi selalu nanya itu..Hhhhh..”
“Emang dia tuh diliat dari sudut mana aja, manis sih ya. Hahaha, tapi
bukan itu, Man. Gue harus pertahanin martabat gue di depan anak kelas
X-XII, loe inget kan gue nembak dia di depan banyak siswa, dan gue di
gantung sampe sekarang, sampe gue hapal surat itu. Kalau gue nggak
hapal, gue ditolak, Bro.”
“Berat banget beban di pundak loe, Bro! tabah, Bro.”
“Fuck
loe! Gue, Greget Adi Putra, masa iya dipermaluin sama cewek macem dia,
meski lumayan manis sih, tapi gue nggak mau pertaruhin itu.”
“Hahaha, gile loe. Sip, gue dukung pokoknya. “ tutup Bio.
Seketika mereka menuangkan jus jeruk di gelas masing-masing. Berbincang hangat.
“Hallo, Gi. Ada apaan? Belum, gue belum hapal suratnya, nyatai aja
napeee.”tiba-tiba Giani menghubungi Greget malam itu. Untuk pertama
kalinya.
“Santai, Greg. Gue Cuma mau nanya udah hapal berapa hari ini?”
Greget menggelengkan kepala berkali-kali. Namun di sisi lain ia tersenyum. Entah kenapa.
“Baru 7. Hahaha.. udah lah, nanti gue kabarin kalo udah 83, tinggal 76 ayat lagi yaaa, wait me.,hahaha.”tutupnya.
“Calon pasangan pacar masih aja gue-loe? Nggak ada mesra-mesranya, kalian!”protes Bio.
“Hah? Lha emang harus apa? Masa iya gue harus bilang ana-antum, persis yang sering diucapin si Rahman. Hahahha..”
***
“Emang gini ya, rasanya belajar Al-Quran? BT, gue, Man!”bentak Greget
ketika ia mulai membaca hurup arab dari iqro 1.
“Ganti deh, bosen gue. “ lanjutnya.
“Allah itu sayang sama manusia sabar, Greg. Yakin, bisa kok. Kamu udah
lancar kok Iqro, Cuma pengulangan aja, ini juga mau langsung ke
Al-quran.”
Dengan kesabaran penuh, Rahman Ramadhan membimning
temannya itu, kadang kesal juga melihat tingkahnya yang berganti-ganti
iqro, iqro 1,5,2,3 1 lagi, sampai Juz Amma dan Al-Quran.
“Min…ba..di.”
“Mim ba’di, Greg. Itu iqlab, ketika nun mati ketemu hurup Ba, jadinya Mim, bukan Min.”
Mim..ba’di. mim..baiti.”
“Nah, sip. Kayak gitu”
Sekitar
1,5 jam mereka belajar membaca hurup arab dari Juz Amma sampai
al-quran. Greget tak sabar ingin segera hapal Yasin, segera.
“Hallo,
cewek, gue baru aja belajar Al – Quran, loh. Siap-siap aja loe jadi
cewek gue J “ pesan singkat ia kirim pada calon pacarnya itu, yang ia
sendiri tak tahu kapan benar-benar jadi pacarnya.
“Yeaaah, good job. Buruan hapalnya, cowok terganteng se SMA, masa ngapalin 83 ayat aja lama kalii.”
“Ahahaha, loe udah nggak sabar ngedate sama gue, Gi?”
“Gue udah nggak sabar buat nolak loe yang ke dua kalinya.”
“Sialan, Loe. Liatin aja. Udah lah, jangan sms-an terus, gue mau fokus. Bye.”
Wajah
manis siswi kelas XII itu mulai memerah, terkadang ia mengelus dada
membaca isi pesan dari Greget yang suka bikin gregetan itu, namun di
sisi lain ia juga khawatir bila ia memang bisa menghapal yasin, ia harus
jadi pacarnya. Hal buruk itu tak mau ia alami. Giani yang mulai focus
belajar agama sengaja memberi syarat itu, agar Greget pun sama-sama
belajar agama, walau caranya so freak!
“Untung aja dia nggak ngasih syarat bikin gue 10 masjid di kampus.
Yasin? Bisa laaah.”bisik Greget dalam hati. Kini, ia belajar mengaji
sepekan 2 kali pada Rahman, berharap selain lancar membaca hurup arab
juga hapal Yasin dengan cepat.
***
Pekan demi pekan, bulan
demi bulan intensitas Rahman dengan Greget makin bertambah, membuat
mereka semakin akrab bukan hanya dalam urusan belajar al-quran saja.
Greget mulai jarang bertemu dengan teman-teman band-nya, mulai jarang
komunikasi dengan Giani, ia ingin benar-benar focus menghapal Yasin,
sampai-sampai satu hari, kebanyakn waktunya adalah dihabiskan di sekre
eksul rohis atau masjid SMA. Tidak ada yang salah dengam Greget, ia
hanya meraskan suasana berbeda setelah lumayan lama bergaul dengan
manusia yang dekat dengan agama.
“Thanks, Man, Dit. Dhuha, witri, tahajud. Enak juga, tapi gue harus mati-matian bangun pagi. Hahaha.”
“Witir, Greg. Heheh, iya memang, kita juga dulu gitu, nggak instant kayak sekarang ini.” Ucap Aditya, sekretaris rohis SMA.
“Beneran lho, gua nggak Cuma hoax. Kalau selama di band,
gue bisa banggain suara atau penampilan, tapi kalau lagi dhuha, witir,
atau ibadah lain yang bisa gue banggain adalah ketika gue bisa
ngerjainnya. I’m serious.”
“Alhamdulillah, Greg. Oh iya, sudah hapal berapa ayat Yasinnya?”
“Ahaha, gue nggak targetan lagi sekarang, Guys. Biarin aja, yang
penting gue lancar bacanya aja dulu. Soal hapal, mudah-mudahan bisa
mengalir.”
“Tentang Giani?”celetuk Rahman.
“Mmm..dia baik-baik aja, Kok. Gue juga udah nggak terlalu ngebet
naklukin dia. Mikirn dan belajar Al-Quran aja udah bikin gue sibuk,
apalagi ditambah dia Hehehe..”
“Waaah, bahasanya
naklukin. Siiiip, Greg. Lanjutkan belajar kita pokoknya untuk Al-Quran
dan ibadah-ibadah lain.”
Mereka bertiga berpelukan, hangat, disaksikan masjid SMA yang seakan iri melihat keakraban yang mulai mekar itu.
***
Sudah
berapa kali ia memutar handphonenya, siswi berjilbab orens itu kini
dilanda kebingungan. Menanti balasan sms dari Greget, kini ia beranikan
untuk mengirim sms ke 4 kalinya dengan isi yang sama.
“Sorry, Gi. Tadi abis dari WC, kenapa? Tenaaang, gue nggak akan ganggu
loe lagi deh, paling ngerjain loe dengan kadar rendah,
hahaha.”
“Yakin loe?”
“Yakin gue, Insyaallah.”
Deg
! dari kapan cowok itu bisa berucap insyaallah, mengucap salam juga
selalu salah. Hati Giani mulai berdesir, tak seperti biasanya.
“Udeh ya, gue mau dhuha dulu. Bye!”
Lagi,
Giani Rahmatia meraskaan desiran lembut di hatinya. Ia segera meniru
Greget, mengambil wudhu dan shalat dhuha, memohon ampun pada Sang Maha
Kuasa, jangan sampai ia benar-benar menyukai lelaki itu gegara hari ini
ia mengucap insyaallah dan shalat dhuha.
***
“Hapal 50 ayat nih! Bravoo, Mameeeen. Alhamdulillah.”
“Loe harus coba yang namanya shalat dhuha, shalat witir, puasa sunnah, tahajud, dzikiiii..”
“Stop, Greg. Loe ngomong apaan seeh?”
“Dengerin gue dulu, dodol! Itu semua ibadah keren mampus buat kita yang
udah gila sebagai manusia. Gue udah nyoba, dan rasanyaaaa lumeeeerrr…”
“Loe ngasih ilmu agama, apa iklan permen cokelat? Ah, udah ah…loe udah
nggak nyambung sama kita, Greg. Udah berubah! “
“Eh? Beneraaan, Biooo. Itu semua keren, sekarang jam 10, bisa nih shalat dhuha. Yok!” ajak Greget pada Bio.
“Ogah, gue mau Flappy Bird-an aja. Sono loe aja.”
“Susah dasar kalo ngajak cucu Fir’aun. Huh! “ Bentak Greget meninggalkan temannya itu.
***
Angin
bertiup lembut, lantunan surat Yasin dari handphone Nokia 6600 berlagu
merdu, kadang Greget meniru lagamnya, alhasil tak jarang membuat ia
tertawa sendiri.
“Ya Allah, ampuni Greget sama
orangtua Greget, Ya, Pleaseee. Greget baru rasain ibadah itu kayak gini,
maafin juga udah jahil sama si Giani, Greget pengen masuk syurga, Ya
Allah, kata si Rahman dalam Al-Quran disebutin kalo syurga itu keren
abis, mau dong Ya Allah, aamiin.”
Ia lantas membereskan sajadah dan beranjak menemui calon pacarnya itu, memutuskan semua.
“Hhhh…kadar naksir gue masih ada kok, Gi.”ucap Greget mengawali
perbincangan saat keduanya sepakat bertemu di alun-alun kota.
“Terus? Udah apal semua yasinnya?”
Greget menggeleng diserati senyuman.
“No Problem, Lah. Sorry, udah bikin loe malu waktu itu. Gue janji, nggak akan bikin hal serupa.”
“Jadi siap dong ya dipermaluin di depan anak satu sekolahan?”
“Okey! Nggak masalah.”
“Loh kok? Nyerah nih?”
“Gue lebih milih dipermaluin di depan anak satu sekolahan dan setelah
itu gue mau masuk rohis, focus belajar sama Rahman dan Adit.”
Sesungging
senyum merekah di bibir Giani, ia tak tahan ia berteriak bahagia, namun
ditahan sedemikian rupa. Ia mengangguk beberapa kali, pura-pura sedih
dan menerima keputusan Greget.
“Thanks buat Yasinnya, loe emang gila, tapi lumayan lah Yasin itu bisa nganterin itu ke rohis, kenal sama Rahman sama Adit.”
Seketika
Greget menyerahkan buku Yasin milik Giani, mereka terdiam beberapa
saat, setelah itu Greget pamit meningglkannya sendiri, Giani pun serupa,
cepat-cepat ia pulang dengan hati bahagia, akhirnya kini Greget bisa
berkata seperti itu, sebuah jawaban tak terduga. Jawaban ciptaan tuhan
yang membuat siapa saja akan bahagia, tak terkira.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar