Senin, 17 Maret 2014

Surat Terbuka Seorang Ikhwan untuk Seluruh Akhwat di Dunia

Buatmu bunga,

dan bunga-bunga yang sedang mekar di taman-taman yang lainnya,

aku punya hadiah buat kalian..


(Surat Terbuka Seorang Ikhwan untuk Seluruh

Akhwat di Dunia)


Ukhtifillah,

Mungkin aku memang tak romantis tapi siapa

peduli?

Karena toh kau tak mengenalku dan memang tak

perlu mengenalku.

Bagiku kau bunga, tak mampu aku samakanmu

dengan bunga terindah sekalipun.

Bagiku manusia adalah makhluk yang terindah,

tersempurna dan tertinggi.

Bagiku dirimu salah satu dari semua itu,

karenanya kau tak membutuhkan persamaan.


Ukhtifillah,

Jangan pernah biarkan aku manatapmu penuh,

karena akan membuatku mengingatmu.

Berarti memenuhi kepalaku dengan inginkanmu.

Berimbas pada tersusunnya gambarmu dalam tiap

dinding khayalku.

Membuatku inginkanmu sepenuh hati, seluruh jiwa,

sesemangat mentari.

Kasihanilah dirimu jika harus hadir dalam khayalku

yang masih penuh Lumpur.

Karena sesungguhnya dirimu terlalu suci.


Ukhtifillah,

Berdua menghabiskan waktu denganmu bagaikan

mimpi tak berujung.

Ada ingin tapi tak ada henti.

Menyentuhmu merupakan ingin diri, berkelebat

selalu, meski ujung penutupmu pun tak berani

kusentuh.

Jangan pernah kalah dengan mimpi dan inginku

karena sucimu kaupertaruhkan.

Mungkin kau tak peduli

Tapi kau hanya menjadi wanita biasa di hadapanku

bila kau kalah.

Dan tak lebih dari wanita biasa.


Ukhtifillah,

Jangan pernah kautatapku penuh

Bahkan tak perlu kaulirikkan matamu untuk

melihatku.

Bukan karena aku terlalu indah, tapi karena aku

seorang yang masih kotor.

Aku biasa memakai topeng keindahan pada wajah

burukku, mengenakan pakaian sutra emas.

Meniru laku para rahib, meski hatiku lebih kotor

dari Lumpur.

Kau memang suci, tapi masih sangat mungkin kau

termanipulasi.

Karena kau toh hanya manusia-hanya wanita.


Ukhtifillah,

Beri sepenuh diri pada dia sang lelaki suci yang

dengan sepenuh hati membawamu kehadapan

Tuhanmu.

Untuknya dirimu ada, itu kata otakku, terukir dalam

kitab suci, tak perlu dipikir lagi.

Tunggu sang lelaki itu menjemputmu, dalam

rangkaian khitbah dan akad yang indah.

Atau kejar sang lelaki suci itu, karena itu adalah

hakmu, seperti dicontohkan ibunda Khadijah.

Jangan ada ragu, jangan ada malu, semua terukir

dalam kitab suci.


Ukhtifillah,

Bariskan harapanmu pada istikharah sepenuh hati ikhlas.

Relakan Allah pilihkan lelaki suci untukmu,

mungkin sekarang atau nanti,

bahkan mungkin tiada sampai kau mati.

Mungkin itu berarti dirimu terlalu suci untuk semua lelaki di fana saat ini.

Mungkin lelaki suci itu menanti di istana kekalmu,

yang kau bangun dengan segala kekhusyuan

tangis doamu.


Ukhtifillah,

Pilihan Allah tak selalu seindah inginmu, tapi itu

pilihan-Nya.

Tak ada yang lebih baik dari pilihan Allah.

Mungkin kebaikan itu bukan pada lelaki yang

terpilih itu, melainkan pada jalan yang kaupilih,

seperti kisah seorang wanita sudi di masa lalu

yang meminta ke-Islam-an sebagai mahar pernikahannya.

Atau mungkin kebaikan itu terletak

pada keikhlasanmu menerima keputusan Sang Kekasih Tertinggi.

Kekasih tempat kita memberi semua cinta dan menerima cinta

dalam setiap denyut nadi kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar